top of page

Martin dan Bastianini, Siapakah Rookie Terbaik di Grid?


Foto : Motorsport.com

Tiga balapan tersisa dan tirai kejuaraan MotoGP musim 2021 akan tertutup. Di Misano kemungkinan besar kita akan memiliki juara dunia baru di kelas MotoGP, tetapi pertempuran untuk gelar rookie terbaik masih terbuka.


Dua pembalap bertarung untuk gelar Rookie Of The Year. Jorge Martin dari Pramac Ducati dan Enea Bastianini dari Esponsorama Avintia.


Jorge Martin memimpin dengan perolehan 82 poin, unggul 11 poin dari Bastianini. Tak dapat dipungkiri Martin sedikit diuntungkan pada musim ini, mengingat ia mengendarai Desmosedici GP spek pabrikan, tidak seperti Bastianini yang hanya diberi Desmosedici versi lama.


Dari dua rookie lainnya yang hadir di rekan setim Bastianini, Luca Marini dan Lorenzo Savadori tampaknya telah mengibarkan bendera putih dalam perburuan gelar pembalap rookie terbaik.


Foto : Pramac Ducati


Jorge Martín, 82 poin


Juara dunia Moto3 2018 itu merupakan rookie yang tentunya mendapatkan start terbaik di antara para rookie lainnya yang ada di grid MotoGP. Pada balapan kedua di GP Doha, ia mendapatkan pole position perdananya di kelas para raja.


Sempat memimpin balapan cukup lama pada balapan tersebut, hingga tercecer dan finis di posisi ketiga, sekaligus menorehkan podium pertamanya di kelas MotoGP.


Sayangnya Martin bernasib sial di Portimao, bagaimanapun, inilah kecelakaan buruk yang membuatnya absen selama beberapa balapan, dan dia masih merasakan konsekuensi dari cederanya tersebut hingga saat ini.


Alhasil, empat balapan tersebut Martin hanya bisa menonton dari rumah, lalu comeback di Catalunya. Kesuksesan sensasional pertamanya di MotoGP tiba di Styria, Martin mencetak kemenangan perdananya di kelas MotoGP diikuti dengan podium keduanya di MotoGP di seri GP Austria setelah berhasil finis ketiga.


Kemudian performanya turun di Silverstone dan Misano setelah terjatuh, dan finis di tempat kesembilan pada race Aragon. Sempat membaik di Austin, Jorge Martin nyaris meraih podium, sebelum melakukan kesalahan dengan memotong jalur, mendapatkan long lap penalti dan finis di posisi kelima.



Foto : Avintia

Enea Bastianini, 71 poin

Sedikit berbeda dengan start rekan Ducatinya, Jorge Martin, Enea Bastianini terseok-seok saat awal musim berlangsung. Mendapatkan jatah motor Ducati Desmosedici GP19, Bastianini fokus meningkatkan langkah demi langkah untuk beradaptasi di kelas para raja.

Tidak mengalami cedera parah seperti Martin, namun perbedaan keduanya terletak karena tumbuh di tim yang berbeda. Tiga balapan awal, Bastianini mampu finis di zona poin. Posisi ke-10 di race Qatar, posisi ke-11 di GP Doha, serta posisi ke-9 di Portimao.

Lalu trennya berubah drastis sejak memasuki seri Jerez, penyebab performanya yang sering naik turun tak konsisten pun bermacam-macam. Gagal finis karena masalah teknis, hingga terjatuh dan finis di luar zona poin. Tercatat 8 balapan Eropa (dari Jerez hingga GP Silverstone) Bastianini hanya mampu mendulang 17 poin.

Hingga akhirnya statistik Bastianini kembali membaik di seri Aragon. Dia berada di urutan keenam di Aragón, kemudian menaklukkan podium MotoGP pertamanya, setelah finis di tempat ketiga di GP San Marino. Tak henti sampai disitu, Bastianini mampu finis di tempat keenam pada GP Austin.

Tiga race terakhir menjadi ajang pembuktian bagi keduanya dalam meraih gelar pembalap rookie terbaik. Jelas Martin lebih diunggulkan mengingat ia merupakan salah satu pembalap Desmosedici dengan spek terbaru di grid saat ini.

Namun kita tak bisa memandang Bastianini dengan sebelah mata. Apalagi hasil bagus di tiga balapan terakhir menjadi pelecut semangatnya ketika menggeber motor di lintasan.

Comentarios


bottom of page