Pemegang juara dunia MotoGP dua kali Casey Stoner kembali ke paddock GP Portugal pada akhir pekan ini untuk pertama kalinya sejak tahun 2018. Dalam kesempatan tersebut, Stoner mengadakan konferensi pers khusus di Portimao.
Di sesi tersebut, Stoner menyoroti potensi Ducati dalam beberapa tahun terakhir nyaris memenangkan gelar juara dunia, sejak pertama kali diraih olehnya pada kejuaraan tahun 2007.
Menurut legenda MotoGP asal Australia itu, pembalap-pembalap Ducati saat ini masih kurang konsisten di beberapa sirkuit. Ini merupakan masalah lama yang menimpa Ducati. Stoner juga menyoroti pabrikan Yamaha, yang menciptakan motor ramah dan tak bertenaga, namun sangat sulit dikalahkan.
"Sudah lama mereka hampir memenangkan gelar, Tapi sayangnya, Anda tahu, sekali lagi, pembalap Ducati memang akan cepat di akhir pekan. Namun Kami perlu melihat mereka lebih konsistensi dan mungkin (membuat) motor yang cocok untuk semua trek," ungkap Stoner, dilansir dari laman Crashnet.
"Kami selalu memiliki masalah itu, semua pabrikan memiliki motor yang bagus di beberapa trek, namun tak kompetitif di trek lainnya. Tapi ya, itu tampaknya menjadi perjuangan bagi para pembalapnya. Jadi mereka hanya perlu konsisten," jelas pria asal Australia itu.
“Tapi Ducati selalu nyaris memenangkan gelar. Jika semuanya berjalan lancar, ya, mereka pasti bisa memenangkan kejuaraan. Katakanlah pada sirkuit-sirkuit tertentu, motornya lebih halus untuk dikendarai," kata Stoner.
"Saya melihat Yamaha yang menghasilkan paket hebat dari tahun ke tahun. Mereka terus-menerus mengeluarkan motor yang sangat, sangat sulit untuk dikalahkan," akuinya.
Stoner, yang di sepanjang karirnya membalap melawan Valentino Rossi , juga menyinggung persaingan lama kedua juara dunia tersebut, jelang pensiunnya pembalap Italia itu pada akhir musim ini.
"Anda tahu, saya dan Valentino memiliki beberapa pertempuran yang luar biasa, kami memiliki persaingan yang fantastis. Beberapa poin bagus dan poin buruk, beberapa hal berjalan sesuai keinginan saya dan hal lain benar-benar tidak," tambah Stoner.
“Tetapi ada satu hal yang fantastis tentang Valentino, dan saya harus belajar darinya, apakah itu di trek atau di luar trek. Dia selalu sangat cerdas, dan sangat pintar, sangat cerdik. Jadi saya harus belajar banyak darinya dan saya pikir, pencapaian saya dalam karir balap saya semakin terbukti setelah berpacu melawan dia di eranya," terang mantan pembalap Honda tersebut.
Lebih lanjut Stoner berbicara tentang masalah yang terjadi pada dirinya pasca menyatakan pensiun dari MotoGP. Yang terbaru di tahun 2018 lalu, Stoner sempat menjadi pembalap tes Ducati namun kerja sama tersebut tak bertahan lama.
Stoner juga mengakui bahwa dalam dua tahun terakhir, ia mengalami penyakit kelelahan kronis yang membuat dirinya tak bisa melakukan banyak aktivitas fisik. Ini juga mempengaruhi kesehatan fisiknya serta mental Stoner. Namun masalah tersebut bisa diatasi dalam beberapa bulan yang lalu.
"Sejak saya mengakhiri peran saya sebagai pembalap tes Ducati, saya telah menjalani rekonstruksi pada bahu saya yang luar biasa, tetapi saya memiliki tantangan besar dengan kesehatan saya. Saya hampir tidak turun dari sofa selama lima bulan," jelasnya.
"Berjalan dari tempat tidur ke sofa adalah aktivitas saya sehari-hari. Saya tidak bisa menjelaskannya, kami tidak mengerti apa yang terjadi, Saya dalam kesulitan besar, mental dan fisik." tambahnya.
"Selama periode tersebut, saya mencoba berani menghadapi masalah itu, saya belajar menghemat tenaga, serta mengontrol emosi agar tak stress. Pada akhir tahun lalu, sekitar Desember-Januari, saya mulai merasa sedikit lebih baik. Saya berpikir, ya, saya mungkin tidak akan sembuh total, tetapi saya bisa mengatasinya. Saya mulai berhasil melakukan beberapa hal kecil di siang hari tanpa terlalu lelah," tutupnya.
Comments